Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak. Kondisi ini terjadi ketika pertumbuhan anak terganggu akibat malnutrisi kronis, infeksi berulang, dan kurangnya akses ke layanan kesehatan yang memadai. Salah satu penyebab utama dari tingginya angka stunting di Indonesia adalah faktor sosial ekonomi. Kondisi ekonomi yang kurang baik sering kali berdampak langsung pada kemampuan keluarga untuk menyediakan nutrisi yang cukup dan berkualitas bagi anak-anak mereka. Artikel ini akan membahas bagaimana berbagai faktor sosial ekonomi berkontribusi terhadap tingginya angka stunting di Indonesia.
1. Kemiskinan dan Akses Terbatas pada Makanan Bergizi
Kemiskinan adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya angka stunting. Keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan sering kali tidak memiliki akses yang memadai terhadap makanan bergizi. Mereka cenderung mengonsumsi makanan murah yang kurang mengandung protein, vitamin, dan mineral esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal anak. Malnutrisi kronis ini menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan gizi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan fisik dan kognitif mereka, yang akhirnya berujung pada stunting.
Selain itu, harga makanan sehat, seperti daging, ikan, susu, sayuran, dan buah-buahan, sering kali tidak terjangkau bagi keluarga dengan pendapatan rendah. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, prioritas kebutuhan sering kali lebih difokuskan pada kebutuhan dasar lainnya, seperti tempat tinggal dan pakaian, sehingga mengurangi alokasi untuk makanan bergizi.
2. Pendidikan Rendah Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua, terutama ibu, berperan penting dalam menentukan pola asuh dan pemahaman tentang gizi anak. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pentingnya nutrisi yang baik selama masa kehamilan dan masa pertumbuhan anak. Mereka mungkin tidak tahu bagaimana memberikan makanan yang bergizi dan seimbang atau bagaimana merawat anak ketika mereka mengalami gangguan kesehatan.
Studi menunjukkan bahwa anak-anak dari ibu yang berpendidikan rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena stunting dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang berpendidikan lebih tinggi. Pendidikan memainkan peran penting dalam memberikan pemahaman tentang kesehatan, gizi, kebersihan, serta pentingnya imunisasi dan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
3. Akses Terbatas ke Layanan Kesehatan
Faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi akses keluarga terhadap layanan kesehatan. Di daerah-daerah pedesaan dan terpencil di Indonesia, fasilitas kesehatan yang memadai sering kali sulit dijangkau. Keluarga dengan kondisi ekonomi yang terbatas mungkin tidak mampu membawa anak mereka ke puskesmas atau rumah sakit untuk pemeriksaan rutin, imunisasi, atau perawatan jika anak sakit. Kondisi ini memperburuk risiko stunting, karena anak-anak tidak mendapatkan intervensi kesehatan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Di samping itu, rendahnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin juga turut berperan dalam tingginya angka stunting. Keterbatasan akses transportasi dan biaya untuk mendapatkan layanan kesehatan semakin memperburuk situasi.
4. Sanitasi yang Buruk dan Penyakit Berulang
Sanitasi yang buruk dan akses terbatas terhadap air bersih adalah faktor sosial ekonomi lain yang berkontribusi pada stunting. Lingkungan yang tidak bersih meningkatkan risiko infeksi, seperti diare dan penyakit cacingan, yang secara langsung mempengaruhi kemampuan tubuh anak untuk menyerap nutrisi. Anak yang sering sakit akan kehilangan nutrisi penting dan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Di daerah dengan kondisi ekonomi yang rendah, fasilitas sanitasi yang layak sering kali tidak tersedia. Banyak keluarga yang tidak memiliki akses ke toilet yang bersih dan air bersih untuk minum dan memasak. Kondisi ini menyebabkan penyakit menular lebih mudah menyebar, memperparah masalah gizi anak-anak.
5. Peran Sosial dan Budaya
Faktor sosial dan budaya juga memengaruhi prevalensi stunting di Indonesia. Dalam beberapa budaya, pengetahuan tradisional tentang pemberian makanan atau pola asuh anak sering kali masih diutamakan daripada pengetahuan medis modern. Beberapa praktik pemberian makanan kepada bayi dan balita yang tidak sesuai dengan anjuran kesehatan dapat berdampak buruk pada pertumbuhan anak.
Di sisi lain, peran gender dalam masyarakat juga dapat mempengaruhi stunting. Di keluarga dengan kondisi ekonomi rendah, keputusan-keputusan tentang pengeluaran untuk makanan atau perawatan kesehatan sering kali ditentukan oleh ayah, yang mungkin kurang memperhatikan kebutuhan nutrisi dan kesehatan anak. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan pengambilan keputusan terkait kesehatan anak sangat penting untuk memastikan bahwa kebutuhan anak terpenuhi.
6. Dampak Urbanisasi dan Migrasi
Urbanisasi yang cepat di Indonesia juga mempengaruhi stunting, terutama di kawasan perkotaan yang padat penduduk. Banyak keluarga miskin yang tinggal di daerah kumuh perkotaan dengan akses terbatas terhadap makanan bergizi, air bersih, dan layanan kesehatan. Selain itu, migrasi dari daerah pedesaan ke perkotaan sering kali membuat keluarga-keluarga menghadapi tantangan ekonomi yang lebih besar, sehingga kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar anak-anak mereka menjadi terbatas.
Di daerah perkotaan, meskipun ketersediaan makanan lebih baik, banyak keluarga yang memilih makanan cepat saji yang murah namun kurang bergizi. Kebiasaan ini semakin memperparah masalah malnutrisi dan berkontribusi terhadap tingginya angka stunting di kalangan anak-anak perkotaan.
Kesimpulan
Tingginya angka stunting di Indonesia merupakan masalah kompleks yang tidak hanya disebabkan oleh faktor medis, tetapi juga oleh berbagai faktor sosial ekonomi. Kemiskinan, pendidikan rendah orang tua, akses terbatas terhadap layanan kesehatan, sanitasi yang buruk, serta norma sosial dan budaya semuanya berperan dalam memperburuk situasi ini. Untuk mengatasi masalah stunting, diperlukan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai sektor, termasuk peningkatan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, sanitasi, serta kebijakan yang mendukung kesejahteraan ekonomi keluarga. Melalui intervensi sosial ekonomi yang tepat, angka stunting di Indonesia dapat dikurangi secara signifikan, dan generasi anak-anak yang sehat serta cerdas dapat diwujudkan.